Minggu, 05 April 2015

Kurva Philips

Kurva Phillips


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiQPCZDb58SYQqR_tWcN9gIFSSzI12rvOXAhFfYs1ko-JwihkYqVDg_TEckP09TUzHTXb_1pOCjrWBEXQCQMBAKML8GfaVZLhah1ahoWYXbqIWMbhUeP8P8NEj65HSpvOYMZ1o2SocozAr_/s1600/kp.jpg
Kurva Philips adalah kurva yang menunjukkan hubungan antara tingkat pengangguran dengan tingkat inflasi di sebuah negara. Menurut Kurva Philips, hubungan keduanya adalah berbanding negatif. Jadi ketika inflasi naik, maka pengangguran turun. Dan ketika inflasi turun, maka pengangguran naik jumlahnya. Kedua poin dalam makroekonomi ini menjadi pilihan yang begitu rumit.

Kita ingin menurunkan inflasi, namun di saat yang sama hal itu akan menyebabkan jumlah pengangguran bertambah. Kita ingin mengurangi pengangguran, namun di saat yang sama hal itu akan menyebabkan inflasi menjadi tinggi. 

Tiap negara punya prioritasnya masing-masing (sebab pola kurva phillips tiap negara juga berbeda-beda), meskipun kedua hal ini (inflasi maupun pengangguran) sama-sama penting. Mau contoh?

Indonesia: Inflation Targetting
Indonesia. Ya, negara kita ini cenderung memilih mengatur inflasi ketimbang pengangguran. That's why setiap tahunnya pemerintah kita lebih gencar mengumumkan target inflasi tahun depan. Dan di akhir periode pula, keberhasilan perekonomian selalu diukur dengan tercapainya target inflasi atau tidak. Belum pernah saya mendengar kehebohan pemerintah kita mengumumkan target pengurangan tingkat pengangguran di awal tahun dan mengumumkan realisasinya di akhir tahun (meskipun laporan statistikanya memang ada). Mungkin pengangguran hanya sekedar data statistika yang urgensinya masih kalah jauh ketimbang inflasi.

Inflasi sebagai salah satu dinamika perekonomian adalah hal yang diprioritaskan pemerintah sebab dampaknya langsung terasa di masyarakat. Seperti itu yang sering kita dengar dan kita baca di berbagai media. Iya benar. Hal itu memang benar. Ketika inflasi tinggi, maka harga-harga barang yang tinggi akan menyebabkan masyakat kita semakin tercekik dengan sulitnya memenuhi berbagai kebutuhan pokoknya. Singkatnya, inflasi dirasakan dalam jangka pendek dan memiliki efek langsung (direct effect).

Lalu, bagaimana dengan pengangguran? Pengangguran seringkali tidak menjadi prioritas utama sebab efek pengangguran tidaklah dirasakan langsung oleh masyarakat (indirect effect). Dampak yang ditimbulkan dari banyaknya pengangguran pun tidak dirasakan dalam jangka pendek, melainkan dalam jangka panjang. Walaupun demikian, jangan dianggap dampak dari melubernya pengangguran tidaklah dahsyat.


Islandia: Unemployment Targetting
Dari apa yang saya baca di buku The Geography of Bliss, saya menemukan kejutan bahwa Islandia, negara yang langitnya selalu hitam kelam di musim dingin, ternyata lebih memilih memprioritaskan mengurangi jumlah pengangguran ketimbang inflasi. Maka jangan heran dengan harga-harga yang mahal di Islandia.

Menyarikan dari apa yang ditulis oleh Eric Weiner, bagi mereka (warga Islandia), inflasi merupakan cubitan kolektif. Cubitan itu dirasakan oleh semua warga negara tanpa terkecuali. Sedangkan pengangguran adalah cubitan selektif. Cubitan yang hanya dirasakan oleh orang tertentu saja. Bagi mereka itu adalah sebuah ketidakadilan. Maka jangan heran, di Islandia, jika tingkat pengangguran mencapai 5%, itu dianggap skandal nasional dan presiden harus diturunkan.
---

Bagaimana dengan Indonesia? Apa jadinya ketika unemployment targetting dijadikan indikator untuk mengukur keberhasilan pemerintah mengendalikan perekonomian setiap tahunnya? Mungkin nggak ada yang mau jadi presiden karena jumlah rakyat Indonesia ada ratusan juta (yang berarti bila ada 5% jumlah pengangguran, itu sudah termasuk dalam kategori sangat banyak).

Dasar Teori Kurva Phillips
Tujuan utama dari kebijakan ekonomi makro adalah untuk memecahkan masalah inflasi sebagai penyebab terjadinya ketidakstabilan harga dan untuk memecahkan masalah pengangguran. Jadi kebijakan ekonomi makro harus dapat mencapai sasarannya, yaitu menciptakan stabilitas harga dan dalam waktu bersamaan menciptakan kesempatan kerja.
Di pasar tenaga kerja, penurunan tingkat upah akan menyebabkan meningkatkan pengangguran karena adanya kelebihan penawaran tenaga kerja. Sebaliknya, tingkat upah akan naik jika terjadi kelebihan permintaan tenaga kerja atau jumlah pengangguran meningkat dan jumlah pencarian kerja bertambah, maka tingkat upah akan turun. Demikian pula tenaga kerja akan meningkat.
Kurva Phillips menggambarkan ciri perhubungan diantara tingkat kenaikan upah dengan tingkat pengangguran, atau di antara tingkat harga dengan tingkat pengangguran. Nama kurva tersebut diambil dari orang yang mula-mula sekali membuat studi dalam aspek tersebut. Dalam tahun 1958 A.W. Phillips, yang pada waktu itu menjadi Profesor di London School of Economics, menerbitkan satu studi mengenai ciri-ciri perubahan tingkat upah di Inggris. Studi tersebut meneliti sifat hubungan diantara tingkat pengangguran dan kenaikan tingkat upah. Kesimpulan dari studi tersebut adalah : terdapat suatu sifat hubungan yang negatif (berbalikan) diantara kenaikan tingkat upah dengan tingkat pengangguran. Pada ketika tingkat pengangguran tinggi, persentasi kenaikan tingkat upah adalah rendah dan apabila tingkat pengangguran rendah, persentasi kenaikan tingkat upah adalah tinggi.
Pasar tenaga kerja didasarkan atas dua asumsi sebagai berikut :
a)       Penawaran dan permintaan tenaga kerja akan menentukan tingkat upah.
b)       Perubahan tingkat upah ditentukan oleh besarnya kelebihan permintaan tenaga kerja yang disebut Excess Demand.
Kurva Phillips Jangka Panjang
Pada awal analisis kurva Phillips dijelaskan bahwa terdapat trade off antara inflasi dan pengangguran, yaitu kenaikan tingkat inflasi akan diikuti dengan penurunan tingkat pengangguran. Namun kenyataannya di AS selama periode tertentu menunjukkan bahwa kenaikan tingkat inflasi diikuti oleh kenaikan tingkat pengangguran. Jadi berarti tidak terdapat trade off .
Pergeseran kurva Phillips pertama kali terjadi pada awal tahun 1976 dan kemudian terjadi lagi pada periode tahun 1973-1975 sebagian dampak embargo minyak Arab terhadap Negara-negara industri yang berpihak pada Israel dalam perang Timur Tengah. Banyak industri mengalami kebangkrutan karena dilanda resesi ekonomi dunia yang sangat parah. Pergeseran kurva Phillips berakhir pada periode tahunan 1979-1982. selama kurun waktu tersebut terjadi kenaikan pengangguran dengan bentuk pergeseran kurva Phillips yang berbeda-beda.
Pergeseran Kurva Phillips dapat dijelaskan melali beberapa tahapan berikut ;
Pada periode awal, pengangguran berada pada tingkat normal, tidak terdapat permintaan atau penawaran yang mencolok, selanjutnya pada 
periode keduapeningkatan yang cepat pada output selama ekspansi ekonomi menurunkan tingkat pengangguran. Seiring menurunnya pengangguran, perusahaan cenderung merekrut pekerja lebih banyak lagi, memberikan peningkatan upah yang lebih besar dari biasanya. Saat output melebihi potensinya, utilitas kapasitas meningkat dan penggelembungan dana meningkat, upah dan harga mulai naik. 
Pada periode ketiga, dengan naiknya inflasi maka perusahaan dan pekerja akan  mengharapkan inflasi yang lebih tinggi. Harapan inflasi yang lebih tinggi tampak dalam keputusan upah dan harga. Tingkat ekspektasi inflasi lalu meningkat. Tingkat ekspektasi inflasi meningkat diatas kurva phillip awal yang menunjukkan tingkat ekspektasi inflasi yang lebih tinggi.

NAIRU dan Dinamika Inflasi
Kurva Phillips menunjukkan hubungan antara inflasi dengan pengangguran. Dalam jangka pendek, penurunan satu tingkat berarti menaikkan yang lainnya. Tetapi kurva Phillips jangka pendek cenderung bergeser terus selama inflasi yang diharapkan dan faktor lainnya berubah. Apabila pembuat kebijakan bermaksud menjaga pengangguran di bawah NAIRU – the nonaccelerating inflation rate of unemployment - , inflasi akan cenderung naik.
Teori inflasi modern berpijak pada konsep NAIRU, yaitu tingkat pengangguran terendah yang dapat dinikmati tanpa resiko kenaikan inflasi. Hal ini mewakili tingkat pengangguran dari sumber daya dimana pekerja dan produk pasar berada dalam keseimbangan inflasi. Berdasarkan teori NAIRU, tidak ada pertukaran permanen antara pengangguran dan inflasi, dan kurva Phillips jangka panjang adalah vertikal.


12 komentar:

  1. Semoga berguna untuk kita,....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Amiin, sangat berguna pak Terimakasih :D

      Hapus
    2. Terimakasih, materinya sangat membantu

      Hapus
  2. Trimakasih pak, dangat membantu..

    BalasHapus
  3. terima kasih, informasinya membnatu sekali

    BalasHapus
  4. Terima kasih mas. Kebetulan saya lagi nyari pemaparan tentang kuva Philips untuk bahas Soal SBMPTN Ekonomi

    BalasHapus
  5. terimakasih banyak .. sangat membantu sekali

    BalasHapus
  6. waw makasih pa infonya,sangat membantu tugas kuliah saya :) , kalau bisa tolong disertai gambar kurvanya hehe..

    BalasHapus
  7. Sangat membantu sekali, terimakasih.

    BalasHapus
  8. terima kasih pak, bahasanya sangat mudah dipahami.

    BalasHapus